serambisalomo
welcome to serambisalomo
Saya beranggapan inilah makna hidup yang sesungguhnya, yaitu ketika kita dapat memberikan kesempatan bagi orang lain untuk meraih sukses dalam hidupnya. Nabi Solaiman bersabda: Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Ams. 27:17).
Sebuah tantangan berani yang diungkapkan oleh Zig Ziglar, bahwa; Seseorang yang tahu bahwa ia telah berada di puncak sukses, ketika ia dapat mengasihi mereka yang tidak pantas dikasihi, dan memberikan pengharapan kepada mereka yang tidak berpengharapan, persahabatan kepada yang tidak memiliki teman, dan dorongan kepada yang berkecil hati. Salam sukses JBU
Sebuah tantangan berani yang diungkapkan oleh Zig Ziglar, bahwa; Seseorang yang tahu bahwa ia telah berada di puncak sukses, ketika ia dapat mengasihi mereka yang tidak pantas dikasihi, dan memberikan pengharapan kepada mereka yang tidak berpengharapan, persahabatan kepada yang tidak memiliki teman, dan dorongan kepada yang berkecil hati. Salam sukses JBU
Minggu, 15 Agustus 2010
Jumat, 12 Februari 2010
GONG XI FAT CHOI
GONG XI FAT CHOI
(Catatan pendek untuk saudara-saudaraku kaum yang beragama KONGHUCU)
(Oleh: Maarjes Sasela)
Masih cerah dalam ingatan generasi yang hidup sebelum tahun tujupuluhan tentang dikeluarkannya Inpres No. 14 tahun 1967 yang melarang segala bentuk kegiatan dan kebudayaan Tionghoa untuk ditampilkan di negeri ini. Dengan demikian maka Konghucu yang diyakini sebagai sebuah kepercayaan agama yang dianut oleh mayoritas suku Tionghoa ini juga tidak luput dari pengaruh inpres tersebut. Akan tetapi, meskipun merasa diperlakukan tidak adil karena mengalami diskriminasi, orang Tionghoa yang adalah pemeluk agama Konghucu ini tidak dapat berbuat apa-apa, tentu karena berbagai faktor penyebabnya. Akibatnya, lebih dari tiga puluh tahun masyarakat Tionghoa hanya bisa merayakan Imlek terbatas di rumah dan kalangan keluarganya saja. Sampai kemudian, diturunkannya Inpres No. 6 tahun 2000 mereka memperoleh kebebasan untuk menghirup udara segar dalam mengaktualisasikan keyakinannya. Hasil perjuangan untuk tegaknya demokratisasi dan pluralisme di Indonesia oleh mendiang alm KH. Abdurahman Wahid, telah berhasil membuka rongga untuk masyarakat suku Tionghoa menarik napas lega. Pasalnya, kini mereka dapat mengaktualisasikan imannya dalam bentuk budaya dan ritualitas lainnya secara bebas di negeri ini. Udara kebebasan yang didambakan selama lebih dari tiga puluh tahun ini (sampai terbitnya Inpres No. 6 tahun 2000), sekaligus membuktikan bahwa pemerintah dan tentunya masyarakat Indonesia saat itu dan saat sekarang telah memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya memberikan kebebasan kepada siapa saja untuk menjalankan ibadah menurut keyakinannya masing-masing. Dengan demikian, UUD 1945 pasal 29 ayat 2 tidak hanya menjadi slogan yang sering disuarakan oleh para politisi pada waktu pilkada atau pemilu untuk menarik simpati kaum beragama guna mencari dukungan politisnya. Melainkan telah menjadi kekuatan hukum yang melindungi segenap rakyat Indonesia dalam mengaktualisasikan imannya.
Beranjak dari perkembangan di atas ini saya ingin sekali memberikan apresiasi kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia melalui beberapa buah pikiran berikut ini:
Pertama, agama adalah sebuah realitas sosial yang terus berkembang dan ditemukan dalam masyarakat kuno maupun modern. Fakta ini tidak dapat dibantah oleh siapapun tentang keberadaan agama pada masyarakat bumi.
Kedua, setiap agama sebagian besar memiliki tokoh pendiri, yang sangat berpengaruh bagi pengikut-pengikutnya, sejak agama ini ada hingga perkembangannya dikemudian hari. Oleh karena itu, para pendiri agama perlu mendapat penghargaan baik dari para pengikutnya sendiri maupun dalam tataran luas masyarakat agama lainnya. Karena mereka telah memberikan sumbangsi besar bagi kemaslahatan hidup manusia.
Ketiga, harus diakui bahwa setiap tokoh pendiri agama memiliki nilai-nilai spiritualitas dan kharismanya sendiri-sendiri yang menginspirasikan para pengikut-pengikutnya untuk menjadi manusia yang sesungguhnya dan memberi dorongan kuat untuk mereka membagikan keyakinan tersebut kepada orang lain, dengan maksud agar mereka pun dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Keempat, mereka Sidharta Gautama, Konfusius, Isa Almasih (Yesus Kristus), dan Muhammad telah memberikan landasan yang kokoh bagi manusia sejagad dalam hal moralitas, etika, kemanusiaan, sehingga hubungan baik antar sesama dapat terjalin secara harmonis.
Kelima, semua agama memiliki jiwa yang sama dalam hal menyebarkan doktrin agama yang diyakininya sebagai kebenaran yang akan membebaskan manusia dari dosa dan kehancuran akibat dosa. Itu sebabnya, agama akan terus bermisi dan terus melebar sesuai dengan semangat misinya. Disini diperlukan kebesaran hati dari setiap pengikutnya, agar terhindari dari sikap apriori terhadap keyakinan yang lain.
Kelima, perlu dibangun sebuah paradigma baru dalam kerangka NKRI dan semangat kesatuan dan persatuan bangsa di tengah realitas sosio kultural dan agama yang plurallistis ini agar terjalin persaudaraan yang kuat dibawah panji kasih ibu pertiwi. Perlu dibangun semangat pluralisme agama sebagaimana telah diperjuangkan oleh mendiang yang saya sebut dengan hormat alm KH. Abdurahman Wahid alias Gus Dur seorang pluralis, budayawan, politisi yang cerdas dan jenaka yang semasa Tuhan memberi kesempatan untuk beliau hidup dan berkarya di negeri tercinta ini.
Keenam, kita semua ingin menjadi lebih baik, itu pasti! Baik dengan Sang Pencipta, baik dengan sesama, baik juga dengan alam sekitar kita. Harmonis dengan Sang Pencipta, harmonis dengan sesama, harmonis juga dengan alam. Untuk mencapai hal tersebut teringat saya pada pesan Sang Guru yang berkata "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. .. dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri….” Lalu Ia melanjutkan "…Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”
Ketujuh, Saya berkeyakinan bila kita memiliki semangat mengasihi seperti yang diajarkan oleh Sang Guru di atas, atau ajaran moral yang diajarkan oleh pendiri agama yang lain maka kita akan bisa hidup berdampingan bersama secara damai, tanpa curiga, tanpa kekerasan dan tanpa diskriminasi. Aa Gim pernah berkata untuk memulai sesuatu yang baik “mulailah dari hal-hal yang kecil, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah dari sekarang.” Niscaya!
Akhirnya, MAJULAH INDONESIAKU…….MAJULAH NEGERIKU, MAJULAH BANGSAKU…. untuk saudara-saudaraku kaum yang beragama KONGHUCU terimalah salamku GONG XI FAT CHOI.
Jumat, 29 Januari 2010
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. (Kej. 1:1-3)
Alkitab adalah sebuah kitab yang paling mengagumkan sekali, pertama, semua tulisan diilhamkan Allah melalui berbagai cara dan melalui orang-orang pilihan-Nya yang jumlahnya sekitar 40 orang. Kedua, Alkitab dimulai dengan pernyataan (statemen) itu berarti Alkitab dimulai dengan sebuah kepastian dan bukan keraguan. Inilah pernyetaan Allah tentang asal-muasalnya dunia ini................
Alkitab adalah sebuah kitab yang paling mengagumkan sekali, pertama, semua tulisan diilhamkan Allah melalui berbagai cara dan melalui orang-orang pilihan-Nya yang jumlahnya sekitar 40 orang. Kedua, Alkitab dimulai dengan pernyataan (statemen) itu berarti Alkitab dimulai dengan sebuah kepastian dan bukan keraguan. Inilah pernyetaan Allah tentang asal-muasalnya dunia ini................
Jumat, 15 Januari 2010
Berani Mengambil Resiko
Andrew S. Carnegie pakar motivasi pernah berkata “Orang yang tidak bisa memotivasi dirinya sendiri akan berada pada level rata-rata, tidak peduli bagaimanapun mengesankan bakatnya yang lain. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Thomas Alfa Edison yang berkata “kesuksesan ditentukan oleh 1% bakat dan 99% usaha”. Hidup adalah sebuah perjuangan, meskipun berat kita harus melewatinya. Terkadang kita dibenturkan oleh keadaan sulit, dikhianati atau di tolak tetapi itu sebuah konsekwensi logis dari realita hidup mereka yang ingin sukses. Anthony Robbins berkata “Tidak ada kesuksesan sejati tanpa penolakan. Semakin banyak penolakan yang Anda alami, semakin unggul. Semakin banyak belajar, dan semakin dekat dengan harapan Anda.” Mungkin Anda tidak percaya, ada banyak contoh konkrit dari kisah hidup orang-orang yang berhasil seperti, George Washington, yang melewati kehidupan penuh tantangan sebelum menjadi presiden Amerika yang paling berpengaruh sepanjang sejarah Amerika. Thomas Alfa Edison orang yang tak pernah kenal kata berhenti sebelum berhasil menemukan sesuatu yang bernilai bagi manusia. Atau Wright bersaudara yang memiliki semangat dan visi kuat untuk melakukan sesuatu sehingga kita dapat menikmati perjalanan yang menyenangkan dengan pesawat udara. Mereka yang saya sebut di atas hanyalah sebagian dari mereka yang memiliki kesamaan yang sangat menonjol, yaitu mereka mengerti benar apa artinya GAGAL. Dr. Joice (Diane Bauer) menulis “seseorang yang tertarik untuk sukses harus belajar melihat kegagalan sebagai sesuatu yang sehat, dan yang tidak dapat dielakkan dari proses menuju puncak. Banyak orang ingin mencapai kesuksesan, tetapi tidak berani melalui proses sebagai bagian dari harga yang harus dibayar. Anda ingin sukses, bayarlah harganya dengan cara jalani prosesnya. JBU all
Jumat, 24 Juli 2009
STOP DREAMING START ACTION
STOP DREAMING START ACTION -
Transformation (Perubahan)
(Maarjes Sasela)
Kita sudah sangat sering dihalangi oleh konsep berpikir klasik yang mengatakan “pikirkan dulu masak-masak sebelum berbuat sesuatu.” Memang maksud ungkapan ini baik, supaya kita tidak bertindak gegabah dalam membuat sebuah keputusan. Akan tetapi, ini kemudian berkembang menjadi sebuah pola atau gaya hidup yang sadar atau tidak telah menjadi penghambat bagi banyak orang untuk memulai bertindak melakukan sesuatu. Falsafah ini telah berubah menjadi sebuah monster yang selalu siap berkata, “Jangan dulu sekarang, nanti saja!”, “Tunggu dulu! Apa kamu sudah pikirkan resikonya?”, “Apa nanti kata orang kalau kamu gagal?”, “Ah, itu mustahil bisa terjadi”, “Lebih baik, biar lambat asal selamat.” Yah, kalau begini terus bisa-bisa kita semua tergilas oleh perubahan.
Sejak kecil sampai sekarang, atau mungkin kita juga, masih sering menggunakan filosofih ini kepada mereka yang baru mau memulai sesuatu. “Saking”, seringnya kita mengatakan pikirkan dulu masak-masak sebelum bertindak, sampai-sampai kita lupa kalau ternyata sudah “gosong” alias hangus. Artinya, ide-ide atau gagasan-gagasan kita yang brilian menjadi mubazir dan berlalu begitu saja tanpa pernah menjadi kenyataan karena terlalu lama dan terlalu banyak pertimbangan. Ide atau gagasan sehebat apapun tidak berguna sama sekali jika hanya sampai pada angan-angan dan tidak pernah diwujudkan secara konkrit. Sebaliknya, setiapkali ada impian yang hendak dicapai oleh siapapun, apakah dia orang muda atau tua, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, kaum terpelajar atau tidak terpelajar, dan berani mempertaruhkan hidupnya untuk mewujudkan impiannya, mereka adalah orang-orang yang hebat, pemberani dan pahlawan bagi keluarga serta sesama. Berhentilah menghakimi impian dan tindakan Anda dengan mengatakan “tidak mungkin bisa terjadi.” Kata “tidak mungkin” sebagaimana dirumuskan dalam Adidas Advertisment, adalah kata yang terkesan “besar” yang sering kali dilontarkan oleh manusia kerdil yang berusaha mencari jalan termudah daripada mencari kekuatan dalam dirinya untuk berubah. Kata “tidak mungkin” bukanlah fakta. Ia hanyalah sebuah pendapat. Kata “tidak mungkin” bukanlah sebuah deklarasi tetapi suatu tantangan yang berani. Kata “tidak mungkin” adalah sesuatu yang potensial. Kata “tidak mungkin” hanyalah berlaku sementara. Kata “tidak mungkin” bukanlah apa-apa.
Langkah berani yang harus dilakukan untuk bisa keluar dari zona pikiran ketidakmungkinan yang membelenggu banyak orang saat ini, adalah melalui keberanian melakukan transformasi atau perubahan pada diri sendiri. Perubahan sudah menjadi kebutuhan setiap pribadi yang mengharapkan kesuksesan. Tiger Woods menulis tentang nasehat ayahnya demikian, “Satu hal yang ayah saya ajarkan pada saya, yaitu jangan pernah mendengar apa yang menjadi ekspektasi orang lain terhadap diri Anda. Anda harus hidup sesuai dengan hidup yang Anda inginkan dan hidup sesuai dengan ekspektasi Anda, dan ini adalah satu-satunya hal yang saya anggap penting.” Rumusan di atas sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Darmadi Darmawangsa, bahwa; Tidak ada seorangpun yang lebih besar daripada diri Anda yang mampu menghindarkan Anda dari kesuksesan, dan tidak ada seorang pun yang lebih besar daripada Anda yang dapat menyebabkan kegagalan Anda. Anda bertanggungjawab penuh atas kesuksesan dan kegagalan Anda. Kita harus berubah dari pola berpikir lama ke dalam pola berpikir baru. Dari pola berpikir tidak mungkin ke dalam pola berpikir mungkin. Dan semuanya dimulai dari diri sendiri, karena tidak ada yang bisa merubah kita kecuali diri kita sendiri terbuka untuk diubahkan.
Mengakhiri wacana ini saya teringat pernyataan Yosua bin Nun yang berkata; Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yosua 1:7-8) “Stop Dreaming Star Action!”
Selasa, 14 Juli 2009
MOM, I’m here …
When you were 1 year old,she fed you andbathed you.
You thanked her by crying all night long.
When you were 2 years old, she taught you to
walk.
You thanked her by running away when she called.
When you were 3 years old, she made all your
meals with love.
You thanked her by tossing your plate on the floor.
When you were 4 years old, she gave you
some crayons.
You thanked her by coloring the dining room table.
When you were 5 years old, she dressed you
for the holidays.
You thanked her by plopping into the nearest
pile of mud.
When you were 6 years old, she walked you to school.
You thanked her by screaming, “I’M NOT GOING!”
When you were 7 years old, she bought you a baseball.
You thanked her by throwing it through the next-door-neighbor’s window.
When you were 8 years old, she handed you an ice cream.
You thanked her by dripping it all over your lap.
When you were 9 years old, she paid for
piano lessons.
You thanked her by never even bothering to practice.
When you were 10 years old she drove you all day,
from soccer to gymnastic to one birthday party after another.
You thanked her by jumping out of the car and never looking back.
When you were 11 years old, she took you and your
friends to the movies.
You thanked her by asking to sit in a different row.
When you were 12 years old, she warned you not to
watch certain TV shows.
You thanked her by waiting until she left the house.
When you were 13, she suggested a haircut that was becoming.
You thanked her by telling her she had not taste.
When you were 14, she paid for a month away at summer camp.
You thanked her by forgetting to write a single letter.
When you were 15, she came home from work, looking for a hug.
You thanked her by having your bedroom door locked.
When you were 16, she taught you how to drive her car.
You thanked her by taking it every chance you could.
When you were 17, she was expecting an important call.
You thanked her by being on the phone all night.
When you were 18, she cried at your high school graduation.
You thanked her by staying out partying until dawn.
When you were 19, she paid for your college intuition,
drove you to campus carried your bags.
You thanked her by saying good-bye outside the door
so you wouldn’t be embarrassed in front of your friends.
When you were 20, she asked whether you were
seeing anyone.
You thanked her by saying, “It’s none of your business.”
When you were 21, she suggested certain careers for
your future.
You thanked her by saying, “I don’t want to be like you.”
When you were 22, she hugged you at your college graduation.
You thanked her by asking whether she could pay for a trip to Europe.
When you were 23, she gave you furniture for your first apartment.
You thanked her by telling your friends it was ugly.
When you were 24, she met your fianc and asked about your plans for the future.
You thanked her by glaring and growling, “Muuhh-ther, please!”
When you were 25, she helped to pay for your wedding, and she cried
and told you how deeply she loved you. You thanked her by moving
halfway across the country.
When you were 30, she called with some advice on the baby.
You thanked her by telling her, “Things are different now.”
When you were 40, she called to remind you of a relative’s birthday.
You thanked her by saying you were “really busy right now.”
When you were 50, she fell ill and needed you to take care of her.
You thanked her by reading about the burden parents become to their children.
And then, one day, she quietly died. And everything you never did came crashing
down like thunder on YOUR HEART.
Langganan:
Postingan (Atom)